Rabu, 29 Januari 2014

Relationship is...


Buat kalian, relationship itu apa sih? Ketika ada dua orang berlainan jenis bersatu dalam sebuah ikatan yang mempunyai status bernama: Pacar. Tunangan. Sedangkal itu? Bagaimana kalau mereka yang berada dibawah nama yang lazim dikategorikan sebagai pasangan tersebut nyatanya tidak memiliki perasaan satu sama lain, atau hanya perasaan dari sebelah pihak dan lainnya hanya memaksakan diri atas nama sebuah status? Masihkah bisa dianggap sebagai pasangan dalam sebuah relationship? Well, perasaan adalah nyawa dari setiap jalinan hubungan apapun itu namanya. So.. I guess, mereka cuma sepasang anak manusia yang sedang menghabiskan waktu bersama.. sampai nanti tiba waktunya mereka sadar bahwa yang mereka lakukan sia-sia, atau sampai dimana waktunya mereka lupa kalau mereka sedang berpura-pura bahagia dalam hubungan yang tidak pernah ada nyawanya.

Melihat sebuah hubungan dari sudut pandang seorang wanita. Aku cuma mau berbagi sama siapapun itu (terutama para pria) yang mungkin seumur hidupnya belum pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta, saling perhatian, saling mengerti, berantem-berantem kecil, sampai sakit hati atau sebut saja belum pernah merasakan "bagaimana cara untuk berinteraksi dengan lawan jenis".

Dari sekian banyak daftar lelaki #tsah yang pernah mengisi atau sekedar lewat tanpa mengetuk pintu hati dan berkata permisi, ada hal yang amat menarik. Kekuatan gosip itu luar biasa loh, sangat luar biasa sampai bisa menciptakan kondisi pada kejadian nyata sesuai dengan apa yang dirumor-kan. Jadi ceritanya jaman kuliah dulu aku pernah satu organisasi sama seorang cowo. Eye catchy, banyak yang naksir. Sampai berfikir untuk menjadi orang yang dia suka aja nggak pernah. He's too perfect in my eyes. Temen-temen selalu menangkap si cowo sedang memandang unyu ke arahku #uhuk. Nge-gep si cowo eye catchy super gahoel dan masuk di deretan orang paling top di kampus ini ngepoin aku. And the way we stick together selama acara organisasi berlangsung memicu ghosip ghosip gejes dan para biang nya kegatelan. 
Well, awalnya sih ngerasa biasa aja... masih dengan alasan yang sama "he's much way too perfect for me" tapi lama kelamaan the way he look at me (kayak lagu eym?) dan kekuatan gosip membuat aku berfikir kalau memang he crushed on me. Si cowo super perfecto ini naksir, what? Dan kemudian terhipnotis sama keadaan, si gosip berhasil mendekatkan kami, deket-aja-loh-ya. Sedekat  jadwal kuliah dia yang aku susun rapi, beberapa mata kuliah dalam kelas yang sama, tempat duduk sebelahan, istirahat makan barengan dan tugas kelompok dia yang kukerjakan dengan sukarela. Tapi dia kaku, selalu ada yang aneh kalau kita mulai membicarakan #ehem yang menuju keseriusan. Dan dia nggak pernah bisa membuat aku merasa istimewa. Perfectnya manusia.. pasti selalu aja ada celahnya. Siapa yang sangka sih si eye catchy ini ternyata nggak pernah berada dalam sebuah hubungan apapun itu namanya. He's never been in a relationship, seriously?? Selama ini ego-nya mengalahkan dirinya sendiri. Membawanya berbaur diantara para pria 'sederajat'nya yang sudah punya deretan panjang daftar mantan, dan dia berkamuflase menjadi salah satu diantara mereka. Menganggap dirinya dan mereka tidak pernah ada beda, tidak berbeda.
Manusia, yah.. manusia. Dibuai dengan perhatian dan kasih sayang tanpa status dan secara sukarela, dia merasa dirinya berhak untuk sesuatu yang lebih.. lebih dari sekedar aku yang way too far from his perfectness. Akhirnya, dia tidak pernah mengakui something special happened between us didepan temen-temen high class nya.. dia bilang aku yang naksir dia--dan kemudian kami dekat. Sebatas itu. Bahkan dia seperti membuangku jauh-jauh dari hidupnya setelah dia sedikit lebih tau bagaimana caranya "memperhatikan" dan berinteraksi dengan lawan jenisnya (contoh yang tidak baik, jangan ditiru yaa).

Rasanya nggak adil yah kalau kita membedakan pria dari seberapa banyak daftar mantannya, seberapa banyak kata romantis yang bisa dia ucapin, seberapa banyak sweet moment yang bisa dia ciptakan. Buat aku, yg membedakan seorang cowo itu bukan diukur dari seberapa banyak pengalaman mereka punya pasangan. Tapi bagaimana seorang cowo berusaha memperlakukan lawan jenis mereka sebaik-baiknya seperti mereka memperlakukan ibu mereka. Sesimpel itu.
Percuma mereka punya banyak cewe, tiap minggu gonta ganti pacar, atau bahkan selingkuhannya di setiap tikungan ada (player, hih!). Tapi mereka nggak pernah mengerti esensinya punya pasangan. Yaituuu.. Belajar memahami lawan jenis kamu. Belajar berkomitmen. Belajar berbagi.Karena kelak nanti kita harus berbagi sama seseorang yg sama seumur hidup kita. Melihat dia setiap kita baru bangun pagi dan nanti pas mau menutup mata sebelum tidur. Dengan segalaaaaaa sikap dia yang nggak pernah bakalan bisa kamu duga.
Dan buat itu semua, kamu butuh punya komitmen yg tinggi sama pasanganmu.. dan sama dirimu sendiri. :) 

Balik lagi sama sebuah ungkapan klise, "don't judge a book by it's cover". Klise. Tapi itulah realita. Ada cowo yang kita bisa kategorikan dalam kategori calon dibuang kelaut. Tapi setelah kenal lebih jauh malah dia masuk kategori yang harus dijaga baik-baik. Begitu pula sebaliknya *halah*. Cowo mau berandalan kayak apaa.. sengak setengah mati, atau cupu karena nggak pernah in a relationship sekalipun, kalo dia tau how-to-treat-a-girl-properly. Apalagi para cewe liat bagaimana cara cowo-cowo itu memperlakukan ibu mereka. Selesai sudah. Pasti banyak yg bakalan berjuang untuk orang2 kayak gitu.
Tapiii.. Sebagaimana baiknya cowo, bisa dikatakan settle hidupnya. Segala punya. Tapi dia cuma bisa menyombongkan apa yang ada di dirinya (yang pada akhirnya sebenarnya cuma titipan Tuhan) yaaaaaa -_- gimana yaa? Malesin juga seumur hidup jalan sama orang begitu. Jangan-jangan nanti dengan segala yg dia punya, dia juga berusaha merubah kita jadi yang paling sempurna dengan tujuan... Buat jadi pajangan. Jadi salah satu yg bisa dia banggakan dan dia sombongkan.

So, that's all the way i define what "relationship" is. Relationship is not about quantity (how long you've been on it), it's all about quality (how you make it meaningful even if only once in a lifetime). Selalu ada yang pertama dalam segala hal, dan jangan pernah malu mengakui kalau yang pertama itu bisa jadi selamanya. #SalamSuper

Tidak ada komentar:

Posting Komentar