Senin, 28 Oktober 2013

Aku - Bandung - dan Segenap Hati yang Masih Tertinggal Disana!

Setelah 7 bulan di Balikpapan sini akhirnya inilah pertama kali aku memberanikan diri untuk pulang. Cuma-tiga-hari! Yang penting tombo kangen. Allah baik banget sama aku, aku pernah ngetwit beberapa minggu lalu Cuma mau pulang kerumah dan dipeluk mama papa. Kayaknya itu lebih dari cukup untuk sekarang :')”  And you know what, kinda miracle.. ada urusan yang harus bener-bener aku selesaikan di rumah sana.. tidak bisa ditunda. Dan kebetulan sekali mama di magelang, jelas jauh lebih dekat dari surabaya… Dan pada akhirnya kami pun pulang…. Pulang!
Berada dibawah satu atap yang sama... Ah! Rasanyaaa… meskipun cuma sehari, rasanya lebih dari cukup.Meskipun adaaaa aja rintangan dan oleh-olehnya. Mulai dari BB ke reinstall dan full smua data (kecuali di MMC) hilang. Lalu jatuh dari tangga pas turun bawa-bawa jemuran. Then, harus nyetir ditengah debu dan macetnya kota Bandung bolak-balik dari kabupaten ke kota demi semua jadwal terlaksana. Dan pada akhirnya ketinggalan last flight gara-gara pesawat besarnya rusak dan diganti pesawat kecil… dan herannya semua penumpang tidak dapat notifikasi. Aku dan keempat penumpang lainnya terlantar karena satu jam sebelum depart, pesawat sudah selesai boarding dan..penuh.
Roby (aku lupa dia kerja dimana), Mas Beni (Karyawan KPC), Pak Iman (karyawan Total), dan Pak Rachmat (karyawan Total). Keempat orang ini yang masih ragu-ragu mau refund atau ganti first flight keesokan harinya. Awalnya kami hanya diberi kompensasi 100 ribu rupiah untuk transportasi agar kami bisa kembali ke airport keesokan harinya. Tapi ada salah satu ibu-ibu yang baru datang berteriak-teriak meminta pertanggung jawaban pihak Lion Air, mendengar nada ibu yang semakin sengit itu.. akupun memberanikan diri untuk berteriak-teriak meminta kejelasan! Oke.. kali ini aku tidak boleh diperlakukan semena-mena! Dan finally, kita menang nego dan akhirnya pihak lion air memberi kami masing-masing satu kamar hotel terdekat agar bisa ikut first flight keesokan harinya. Sayangnya Roby memilih refund karena satu dan lain hal yang membuat dia membatalkan perjalanannya.
Oke back to fokus, kekacauan tidak sampai disitu saja. Hotel yang kami dapat nyatanya hanya hotel sekelas penginapan biasa dan tidak sebanding dengan kerugian yang diakibatkan oleh Lion Air terhadap kami, terutama dari segi waktu. Thanks God I’m the only woman over there… Aman deh pegang satu kunci kamar. Tulisannya sih 1C, tapi nyatanya kami semua dapat kamar di lantai 4 dengan tangga yang super sempit dan rasanya kok ga sampe-sampe ke kamarnyaa. Kekacauan berikutnya, dialami mas Beni dan pak Iman yang entah kenapa diberi hanya satu kamar dengan posisi bed yang hanya layak jika ditiduri oleh sepasang suami isteri. Akhirnya dengan inisiatif mereka berdua, mereka patungan untuk buka satu kamar baru, ketimbang mereka harus berdesakan dalam satu kamar yang ranjangnya tidak terpisah.
Deg-deg-an setengah mati, rasanya nggak pengen tidur… takut ketinggalan pesawat lagi. Tapi matanya lelah, badannya capek (eh sama ya?) dan pikirannya memang butuh istirahat. Well, thanks to mereka yang nggak bisa aku sebutin satu-satu, yang udah bikin aku tenang dan temenin aku chat sampe aku bener-bener mau tidur. Pulas. Dan sampai keesokan harinya dengan baik hati bangunin jam 3 pagi! Iya! Jam 3 pagi loh hey! And you know what? Apesnya, karena kupikir ini adalah perjalanan pulang kerumah, aku nggak bawa sabun mandi..Cuma bawa sekedar odol dan sikat gigi. Finally kepaksa banget mandi pake PONDS! Satu-satunya yang paling possible untuk bersiin badan! Belom pernah kan ngerasain mandi jam 3 pagi pake PONDS?? Dan efeknya bersin-bersin nggak berhenti sampe sekarang T^T
Super kalang-kabut bersihin segala pernak pernik yang harus dibawa ke pesawat dengan berbaju kerja rapi dan pake wedges pula.. menuruni satu persatu anak tangga dari lantai 4 bawa tas baju, beuuuh… keringetan lagi yang ada! Sebenernya enak sih ini kalo misalnya ijin kantor lagi.. tapi bisa bisa aku diamuk masa.. kalo aku nggak masuk artinya satu kantor ga gajian hari ini! Ha ha ha!
Jam menunjukkan 3.30 WIB, sementara pak Iman dan mas Beni makan… aku Cuma celingukan. Nggak makan dari semalem tapi perut sama sekali nggak berasa lapar. Yang ada di otak cuma gimana caranya sampe bandara, naik pesawat, dan sampai di Balikpapan tepat waktu kemudian kerja. Pukul 3.45 WIB mas Beni minta supir hotel antar kami ke bandara. Ada dua bapak-ibu yang kebingungan mencari taksi pada saat itu. Usut punya usut ternyata mereka korban delay Lion Air, yaa… delay last flight ke first flight dengan tujuan yang berbeda, Jogja. Tepat jam 4 pagi kami sampai di bandara. Kami berempat berhamburan masuk ke dalam terminal.. Antrian sudah panjang seperti antri sembako. Disana kami berempat terpisah. Aku bersama mas Beni, dia sangat membantuku dari mulai bantu angkat barang, bawain di troli, check in pesawat, sampai akhirnya duduk manis di dalam pesawat! Ah.. thanks to him lah! Eh, nggak lama kemudian Pak Iman dan Pak Rachmat pun datang dengan boarding pass berurutan, kami duduk sebelahan. Wah memang kami berempat ini kompak-by-accident!
Kami terbang dalam kondisi cuaca yang tidak baik. Sedang asiknya terlelap meneruskan tidur yang kurang akibat harus bangun dini hari. Tiba-tiba kapten pilot meminta kami semua untuk memasang kembali seat belt, aku cek jam ku dan aku sadar.. ini baru satu jam! Lalu? Benar saja, tidak lama kemudian goncangan begitu terasa keras. Yaa, setidaknya keras untuk aku yang terbiasa naik pesawat dalam kondisi mulus saja. Tidak hanya itu, ketika sudah mau landing.. tetiba pesawat yang sudah turun terasa menghentakkan tenaga lagi untuk naik keatas, memutar balik..baru landing dengan sempurna (dengan bunyi rem yang agak sedikit mengerikan). Memang hujan tidak begitu deras, tapi kondisi cuaca tersebut cukup mengganggu perjalanan kali ini. Dan pada akhirnya aku, pak Iman, mas Beni dan pak Rahmat pun berpisah tanpa kata pengantar lagi. Kami sibuk dengan jadwal masing-masing. Aku yang mengejar jam kantor yang sudah terlambat 10 menit saat landing. Mas Beni mengejar next flight ke Sangatta tempat dia bekerja. Pak Iman dan Pak Rahmat pun asik dengan bagasi mereka masing-masing.
Ah.. perjalanan kali ini sungguh benar-benar menguras tenaga dan emosi. Disini aku banyak belajar, nggak gampang loh mendapatkan ada yang kita inginkan. Harus berusaha, berkorban, dan belajar merelakan jika pada akhirnya apa yang kita dapatkan nggak sesuai sama rencana dan harapan. Tapi terlepas dari semua yang nggak enak-enak itu pada akhirnya aku dapat apa yang aku mau. Pelukin mama papa, dipotong rambutnya sama mama (berbulan-bulan tahan diri ga ke salon, ha ha ha), spending time di Bandung sama keluarga dan temen-temen, lalu pada akhirnya manja-manja sama mama papa adek dari mulai makan bareng di fast food sampe dipeluk pas nangis nangisan kayak anak kecil lagi waktu ketinggalan pesawat. Sesuatu yang bahkan nggak pernah kami lakukan sebelumnya. Precious!

Well, That's all the story tentang aku - Bandung - dan segenap hati yang masih tertinggal disana! Rasanya nggak pengen pulang. Rasanya pengen tetep disini sama keluarga. But wait, you have your live to life! And someday ketika kamu harus ngekorin kemanapun pasangan hidup kamu pergi. Apa kamu masi akan berdiri disini? menuntut kembali pulang lagi dan lagi ke keluarga kamu, temanmu, masa kecilmu dan setiap kenangan yang tersisa disetiap sudut kota? Kan nggak!

Satu hal, Tuhan tau sampai sebatas mana kemampuan umatnya untuk diuji. Setidaknya kita jadi tau sebatas mana kita bisa dan harus bersabar. Dan sampai sebatas mana kita harus melawan supaya tidak diperlakukan semena-mena. Selalu ada hikmah dibalik semua kejadian. Dan apapun itu aku sangat bersyukur. Terimakasih untuk nikmatmu ya Allah. Keajaibanmu J